Kamis, 02 April 2015

Pangeran Yudistira



PRABU YUDHISTIRA menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja jin negara Mertani, sebuah Kerajaan Siluman yang dalam penglihatan mata biasa merupakan hutan belantara yang sangat angker.
Prabu Yudhistira mempunyai dua saudara kandung masing-masing bernama ; Arya Danduwacana, yang menguasai kesatrian Jodipati dan Arya Dananjaya yang menguasai kesatrian Madukara.
Prabu Yudhistira juga mempunyai dua saudara kembar lain ibu, yaitu ; Ditya Sapujagad bertempat tinggal di kesatrian Sawojajar, dan Ditya Sapulebu di kesatrian Baweratalun.
Prabu Yudhistira menikah dengan Dewi Rahina, putri Prabu Kumbala, raja jin negara Madukara dengan permaisuri Dewi Sumirat.
Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putri bernama Dewi Ratri, yang kemudian menjadi istri Arjuna.
Ketika hutan Mertani berhasil ditaklukan keluarga Pandawa berkat daya kesaktian minyak Jayengkaton milik Arjuna pemberian Bagawan Wilwuk/Wilawuk, naga bersayap dari pertapaan Pringcendani.
Prabu Yudhistira kemudian menyerahkan seluruh negara beserta istrinya kepada Puntadewa, sulung Pandawa, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti.
Prabu Yudhistira kemudian menjelma/ menyatu dalam tubuh Puntadewa, hingga Puntadewa bergelar Prabu Yudhistira.



PRABU YUDISTIRA
Prabu Yudistira raja negara Amarta dan putra tertua Prabu Pandudewanata. Pada masa mudanya bernama Puntadewa.
Yudistira orang yang sabar sekali, hingga dikatakan orang ia berdarah putih, karena tak pernah marah. Karena sifatnya itu, Yudistira terjauh dan bahaya.
Yudistira mempunyai pusaka bernama surat Kalimahusada yang berkesaktian menjauhkan seteru, menyelamatkan diri dan lain-lain. Sebaliknya surat itu bisa berbahaya bagi siapa yang bermaksud jahat terhadap Kalimahusada. Tetapi di dalam lakon surat itu pernah dikuasai orang dan menjadi jayalah dia.
Yudistira tak pernah berperang di dalam Baratayuda. Ia diangkat sebagai pahlawan, tetapi ia menjengkelkan saudara-saudaranya, oleh karena segan melawan musuhnya. Maka terpaksa ia dibantu oleh Arjuna yang dengan anak panahnya mendorong anak panah yang dilepaskan oleh Yudistira, hingga musuh itu dapat dikalahkannya.
Yudistira dan saudara-saudara Pendawa lainnya menemui ajal dengan sempurna sehabis perang Baratayuda.
Prabu Yudistira bermata jaitan, berhidung mancung, bermuka tenang, lebih tenang daripada masa mudanya, sewaktu masih bernama Puntadewa. Bergelung keling, bersunting waderan. Sesudah bertakhta sebagai raja, segala pakaian serba keemasan dan segala permatanya dibuangnya. Maka ia adalah seorang raja yang sangat bersahaja. Prabu Yudistira berwanda: 1. Putut, 2. Manuksma, 3. Jimat dan 4. Deres.
ARYA YUYUTSU adalah putra kedua Arya Widura/Yamawidura, putra Prabu Kresnadwipayana/Bagawan Abiyasa, raja negara Astina dari permaisuri Dewi Ambiki/Ambalika, dengan Dewi Padmarini, putra Prabu Dipasandra.
Arya Yuyutsu mempunyai kakak kandung bernama Arya Sanjaya.
Arya Yuyutsuh berwajah tampan.
Arya Yuyutsu mempunyai sifat dan perwatakan ; pemberani, jujur, setia dan teguh dalam pendirian.
Arya Yuyutsu tinggal di kesatrian Panggombakan (bagian belakang keraton Astina) bersama kedua orang tuanya.
Arya Yuyutsuh menikah dengan Dewi Aditi dan berputra dua orang masimg-masing bernama Arya Sunjaya dan Arya Subrasta.
Ketika pecah perang Bharatayuda, Arya Yuyutsuh dan putranya Arya Sunjaya mengambil sikap memihak pada keluarga Pandawa.
Sedangkan Arya Subrasta berpihak pada keluarga Kurawa. Yuyutsuh dan Arya Sunjaya tewas dalam peperangan melawan Adipati Karna, raja negara Awangga.
Sedangkan Arya Subrasta tewas oleh Abimanyu putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra.

Sadewa



Sadewa adalah anak dari Pandhu Dewanata dan Dewi Madrim dia adalah anak terakhir dari Pandhu. Dalam cerita dia sangat mahir dalam menunggang kuda dan juga menggunakan panah.
Nama lain : Tangsen dan Darmagranti.

Orang tua: Pandhu Dewanata dan Dewi Madrim.

Kesatria : Bumirahtawu.

Watak :.Selain memiliki wajah yang sama mereka juga memiliki watak yag sama yaitu setia dan tidak takut membela kebenaran.

Istri: Dewi Pradapa memperoleh anak bernama Raden Subekti dan Raden Dewakusuma.

Kematian dan Peran di peperangan Mahabarata :
Sama halnya dengan Nakula dalam Perang Mahabarata Sadewa juga menghadapi Prabu Salya akan tetapi Sadewa mati pertama medahului saudaranya karena dalam jiwanya memiliki watak merasa paling pintar.

Nakula





Nakula adalah seorang protagonis dari wiracarita Mahabharata. Tetapi ia adalah putra Dewi Madrim, adik Dewi Kunti. Ia adalah saudara kembar Sadewa dan dianggap putera Dewa Aswino, Dewa tabib kembar. Menurut kisah, Nakula sangat tampak parasnya. Kata nakula dalam bahasa Sansekerta artinya adalah “cerpelai”. 
Nakula dalam Mahabharata 
Menurut catatan, si kembar Nakula-Sahadewa memiliki kemampuan istimewa dalam merawat kuda dan sapi. Nakula digambarkan sebagai orang yang sangat menghibur hati. Ia juga teliti dalam menjalankan tugasnya dan selalu mengawasi kenakalan kakaknya, Bima, dan bahkan terhadap senda gurau yang terasa serius. Nakula dipilih oleh Yudistira untuk hidup kembali saat pengasingan di dalam hutan, sementara saudara-saudaranya yang lain meninggal karena meminum air dari sebuah danau. Ini karena Nakula merupakan putera Madri, dan Yudistira, yang merupakan putera Kunti, ingin bersikap adil terhadap kedua ibu tersebut. 
Nakula dalam pewayangan Jawa 
Nakula yang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra keempat Prabu Pandudewanata, raja negara Hastina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa, Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama Puntadewa, Bima alias Werkudara dan Arjuna 
Nakula adalah titisan Bathara Aswin, Dewa Tabib. Ia mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Ia juga mempunyai cupu berisi “Banyu Panguripan” atau “Air kehidupan” pemberian Bhatara Indra

Pangeran Arjuna



Arjuna adalah putra Pandhu dan Kunthi di Negara Ngastina, di tokohkan Arjuna sangatlah tampan dan gagah. Sebenarnya Arjuna itu bukan anak Pandhu tetap anak titisan Bathara Indra. Baca biografi Kunthi dan Pandhu.



Nama lain : Janaka, Permadi, Dananjaya, Indratanaya, Plaguna, Jahnawi , Kumbang ali ali.

Orang Tua: Prabu Pandhudewanata dan Dewi Kunthi.

Kesatria: Manduraka

Watak : sabar, setia, suka menolong gagah dan berani dan juga tampan.

Senjata: Panah Pasopati, Keris Pullangeni,Panah Sarotama,dan Keris Kalanadhah.

Istri: Raden Arjuna memiliki 15 istri Dewi Sumbadra berputra Raden Abimanyu, Dewi Larasati berputa Raden Sumitra Dan Bratanalas, Dewi Srikandi, Dewi Palupi berputra Bambang Irawan, Dewi Jimambang berputra Kumladewa dan Kumalasakti, Dewi Ratri berputra Bambang Wijanarka, Dewi Dresanala berputa Raden Wissangeni,Dewi Wilutama berputra Bambang Wiluangga,Dewi Manuhara berputa Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati, Dewi Supraba berputra Raden Prabakusuma, Dewi Antakawulan berputra Bambang Antakadewa, Dewi Maeswara,Dewi Retno Kasimpar,Dewi Juwitaningrat dan Dewi Dyah Sarimaya .


Kematian dan Peran di peperangan Mahabarata :
Pada saat perang mahabarata dia menjadi lawan Karna. Arjuna melawan Karna bersama Kresna. Kresna menjadi kusir Arjuna. Saat itu panah dari Karna meleset saat di panahkan ke Arjuna. Panah Karna meleset karena dengan kekuatan Kresna kereta yang dinaiki Karna oleng terperosok ke dalam lubang, oleh karena itu Karna turun ke bawah untuk mengangkat kereta itu. Salya sebagai kusir menolak membantu Karna. Arjuna menghentikan seranganya karena mematuhi etika peperangan akan tetapi saat itu Kresna mengingatkan tentang kematian Abimnyu yang mati tanpa sengaja. Mengingat hal itu Arjuna melepaskan panahnya ke pada Karna dan mengenai lehernya. Karna kemudian mati.

Pangeran Bimasena (werkudara)

dalam kisah perwayangan di mahabarata terdapat salah satu tokoh yang gagah dan pemberani yaitu Bima (werkudara).berikut biografi singkat dari pangeran Bima (werkudara)    :



Bima atau Bimasena dalam bahasa sansekerta artinya kurang lebih “mengerikan”, dia adalah saudara kedua dari para Pandawa, dan juga menjadi salash satu tokoh utama dalam cerita Mahabarata. Bima adalah putra kedua dari Dewi Kunti dan Pandu.Ia dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat kasar dan menakutkan musuh, namun sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. Bima memiliki sifat yang baik juga, dia setia pada satu sikap,Bima tidak suka berbasa-basi dan tidak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.


Bima juga memiliki nama lain Werkudara, dalam bahasa Sansekerta dieja vr(ri)kodara, berarti “perut serigala”, hal ini merujuk pada kegemarannya makan. Bima juga memiliki julukan Bhimasena yang berarti panglima perang.

Kelahiran dan Masa Muda

Dalam Wiracarita Mahabarata bagian pertama atau Adiparwa, dikisahkan bahwa Pandu mendapat kutukan dari Resi Kindama. Resi Kindama mengutuk Pandu, bahwa ia akan mati ketika mengawini istrinya, karena pada saat itu, tanpa sengaja Pandu membunuh Resi Kindama saat ia bersenggama dengan istrinya dalam wujud sepasang rusa. Oleh karenanya untuk mendapat keturunan, Kunti istri pandu yang menguasai mantra Adityahredaya, berseru pada Bayu, dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh kasih sayang.

Sejak kecil kekuatan Bima tidak ada tandingannya. Dengan kekuatannya itu, dia sering menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Karena kejahilan Bima, salah satu Korawa yaitu Duryodana menjadi sangat benci dengan Bima, bahkan  dia memiliki niat untuk membunuh Bima.

Hingga pada suatu hari, ketika para Korawa dan Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga,Duryudana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima yang sebelumnya sudah dicampur racun. Karena Bima memiliki sifat yang tidak suka mencurigai orang, ia langsung saja memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana. sesaat setelah memakan makanan itu, Bima pingsan, tubuhnya kemudian diikat kuat-kuat dengan menggunakan tanaman menjalar ,kemudian dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit oleh Duryodana. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai mematuk badan Bima. Tapi justru patukan ular-ular itu menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Setelah sadar, Bima langsung melepaskan ikatannya, kemudian membunuh ular-ular yang mematuknya. Beberapa ular menyelamatkan diri dan menghadap kepada Rajanya, yaitu Antaboga.

Mendengar berita yang disampaikan oleh anak buahnya, bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberi minuman ilahi. Bima meminum beberapa mangkuk dan tubuhnya menjadi kuat. Bima tinggal di Istana Naga Basuki selama delapan hari. Duryudana sangat kesal melihat orang yang sangat dibencinya pulang dalam keadaan masih hidup.

Seperti Pandawa yang lain, Yudistira belajar ilmu agama, hukum, dan tata Negara kepada Resi Krepa bersama-sama dengan saudara-saudara sepupu mereka yaitu Korawa. Dan setelah itu mereka belajar ilmu perang kepada Drona. Bima dalam hal ini lebih memusatkan untuk menguasai ilmu menggunakan Gada seperti Duryodana. Bima dan Duryodana mejadi murid Baladewa,yaitu saudara Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada.

berikut yang bisa saya tulis,semoga bermanfaat,,,,